0%
Posted inSastra Wacana

Asal Usul Fiksi Apocalyptic dan Post-apocalyptic

Akan seperti apakah akhir dunia kita di masa depan? Akankah peristiwa politik di masa depan dipenuhi kegagalan yang menyebabkan perang nuklir? Apakah senjata biologis yang kita kembangkan hari ini pada waktunya akan digunakan di masa depan? Sehingga kita sakit dikarenakan pandemi massal? Kering oleh perubahan ekstrim iklim global, diperintah oleh robot karena ledakan teknologi, atau terjebak pada pertarungan tanpa henti melawan invasi alien? Genre fiksi Apocalyptic dan Post-apocalyptic berusaha menjelaskan pertanyaan-pertanyaan semodel ini dan menggambarkannya ke dalam sebuah karya.

Jika Apocalyptic dapat disebut sebagai penjelasan dari peristiwa kiamat atau berakhirnya dunia, literatur yang membahas hal-hal tersebut sebenarnya telah dilakukan oleh agama-agama di masa lalu. Islam, Kristen, Yahudi dan bahkan Agama-agama non-abrahamik mempunyai pandangan tersendiri mengenai bagaimana dunia itu pada akhirnya akan berakhir pada kehancuran total. Kisah-kisah dan teori tentang hari kiamat tertulis jelas di dalam kitab-kitab mereka.

Para penulis kreatif dari abad ke sembilan belas melakukan eksplorasi pada tema-tema ini. Ada banyak di antara mereka, tetapi yang paling terkenal mungkin adalah film The Last Man karya Mary Shelley (1826) atau Cerpen Edgar Allan Poe tahun 1839 “The Conversation of Eiros and Charmion”.

Genre Apocalyptic jelas tumbuh berkembang akibat adanya Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan perlombaan senjata nuklir pada Perang Dingin. Situasi ini menguntungkan mereka dalam memperluas wawasan dalam menentukan keberakhiran dunia secara nyata. Para penulis, novelis, sutradara dan esais menyulap genre Apocalyptic menjadi dunia yang penuh dengan kemungkinan. Mereka menawarkan perang nuklir, perang zombi hingga perang melawan alien.

Tentu ada banyak tema yang dapat dikandung fiksi Apocalyptic dan Post-apocalyptic. Pada umumnya, fiksi ini hampir selalu melibatkan suasana yang mengarah pada kehancuran masyarakat, kerusuhan massa dan kematian yang meluas. Dan situasi yang semacam ini dapat diperoleh melalui keadaan seperti; perubahan iklim secara ekstrim, Pandemi massal, Holocaust nuklir, kebangkitan robot, penghancuran kota-kota besar seperti New York atau Paris, Perang tanpa akhir, Pemerintah fasis dan masih banyak yang lainnya.

Dalam karya Apocalyptic dan Post-apocalyptic seperti ini, tokoh utama biasanya terjebak pada masalah utama dan ditugaskan untuk menyelesaikan problem tersebut karena diilhami oleh kelainan tertentu yang mungkin hanya dimilikinya. Genre Apocalyptic dan Post-apocalyptic memang telah menjadi kekuatan tersendiri di zaman ini. Namun, yang paling berkesan di sini mungkin adalah ketika Genre Apocalyptic dan Post-apocalyptic mengatakan akan datang kehancuran dunia ketika waktunya tiba, sepertinya tidak ada yang benar-benar fiksi dalam hal ini.

Baca referensi di bawah ini untuk mendapatkan pengetahuan lebih luas tentang fiksi Apocalyptic di website MasterClass

Sanggar Nuun

Sanggar Nuun

Ibarat sebuah pelayaran, Sanggar Nuun merupakan perahu, semacam Bahtera, komunitas kesenian: Musik, Teater, Sastra dan Seni Rupa ada di dalamnya.

Tinggalkan Balasan